1/14/2011
Menanamkan sifat jujur pada anak.
Suatu saat seorang anak sering
bersikap tidak jujur kepada orang
tuanya. Berbohong memang
merupakan salah satu bentuk
kenakalan yang sering terjadi pada
anak-anak kecil.
Mengapa anak suka berbohong? Hal ini macam-macam
penyebabnya. Kebiasaan berbohong
mungkin dipengaruhi oleh tingkah laku
orang lain.
Jadi berbohong sebagai hasil peniruan
dari orang lain, bahkan mungkin dari orang tuanya. Orang tua yang secara
jelas menunjukkan sikap tidak jujur
kepada orang lain dan dilihat oleh si
anak, akan menyebabkan anak mudah
menirunya. Sebagai contoh, seorang
tamu mencari ayah, tetapi ibu mengatakan tidak ada, karena
kedatangan tamu tersebut, tidak
berkenan dihatinya. Padahal si ayah
ada di rumah. Contoh lain, misalnya
ada tamu ingin pinjam uang tetapi si
ayah atau ibu mengatakan tidak punya uang, padahal punya uang.
Ada
lagi contoh yang lebih dekat dengan
sianak.
Anak minta uang jajan kepada ibunya,
tetapi dijawab oleh ibunya kalau tidak
punya uang. Tetapi si anak tahu kalau ibunya punya uang, karena baru saja
membeli pakaian baru. Adanya
kenyataan ini menjadikan persepsi
anak salah terhadap orang tuanya.
Orang tua ternyata juga suka
berbohong. Kebanyakan berbohong juga
merupakan untuk pertahanan diri bagi
si anak, karena takut mendapatkan
hukuman dari orang tuanya. Misalnya
anak mengambil uang di dompet
ibunya tidak mau mengaku kalau ditanya, karena takut kalau dimarahi
atau mendapatkan hukuman.
Jadi
berbohong merupakan cara
menghindari hukuman atas
pelanggaran yang telah dilakukan.
Anak suka berbohong, mungkin ingin menarik perhatian dari orangnya,
karena selama ini orang tua kurang
memberikan perhatian dari orang
tuanya, karena selama ini orang tua
kurang memberikan perhatian
kepadanya. Berbohong juga dipakai sebagai alat untuk mengimbangi suatu
kekurangan.
Misalnya, anak ditanya
bagaimana hasil ulangannya di sekolah.
Ia mengatakan kalau hasilnya selalu
baik, tetpai ternyata setelah rapor
diberikan kepada orang tua ketahuan bahwa anak selama ini mengalabui
orang tuanya.
Prestasi anak ternyata
jelek. Sikap Orang Tua
Kebiasaan berbohong pada anak
merupaka kebiasaan yang kurang
baik. Kalau terbawa hingga dewasa
akan menjadikan akhlak kurang baik.
Oleh sebab itu, anak harus dilatih untuk sellau bersikap jujur. Dalam hal
ini orang tua memberikan contoh
bagaimana mengetrapkan kejujuran
itu. Apabila ada anak yang melakukan
pelanggaran, maka orang tua perlu
menunjukkan kesalahannya dengan memberikan bukti-bukti dan setelah
itu anak diajak berdiskusi untuk
menyadari bahwa perbuatan yang
telah dilakukan itu salah.
Untuk
mengingatkan ini, perlu disertai janji,
agar anak tidak mengulangi perbuatannya.
Peraturan larangan kepada anak
harus diberikan, dengan sedikit demi
sedikit, agar tidak timbul kesan orang
tua terlalu keras. Anak harus pula
terlatih hidup bermasyarakat, misalnya mellaui permaiann yang
bersifat sosial. Karena permainan pun
dapat dipakai untuk melatih kejujuran.
Anak perlu diberi peranan-peranan
tertentu untuk melatih percaya diri
sendiri dan untuk menunjukkan bahwa orang tua menaruh kepercayaan
kepadanya.
Misalnya : anak sekali-kali disuruh
untuk berbelanja di warung dan bila
ada uang kembalian harus sesuai
dengan uang yang telah diberikan dan yang telah dibelanjakan. Kalau
menyangkut masalah prestasi belajar
hendaknya orang tua bersikap
realistis. Janganlah mengharapkan
anak meraih prestasi yang melebihi
kemampuannya.
Jadi orang tua harus menerima apa adanya.
Keterbukaan sikap orang tua kepada
anak akan memperkecil kemungkinan
anak bersikap kurang jujur kepada
orang tuanya, karena ada curahan
perhatian dan kasih sayang yang ditujukan kepadanya.
Alam Khayal
Ada lagi faktor yang mempengaruhi
anak suka berbohong atau membuai
yaitu pengaruh alam khayal, sebagai
pengaruh dari cerita-cerita fantasi.
Supaya tidak senantiasa tenggelam pada alam khayal, maka anak harus
pula ditunjukkan kepada alam
kenyataan, agar anak dapat
memberdakan mana yang benar-
benar dan mana yang tidak benar.
Lingkungan rumah perlu diusahakan sedemikian rupa, sehingga
menimbulkan kesan bahwa kehidupan
sehari-hari pun juga menyenangkan.
Dengan demikian anak tidak memiliki
angan-angan yang tidak realistis.
(Lukyastirin).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
comment here no spam